ASAL USUL DESA KEDUNGCINO

  • Feb 11, 2018
  • kedungcino

Pada zaman dahulu kala di suatu tempat, terdapat seorang wanita yang sangat cantik, tak ada satupun wanita yang dapat menandingi kecantikannya, wanita tersebut bernama              Raden Ayu Pandansari.  Raden Ayu Pandansari adalah seorang pengembara, selama bertahun-tahun Raden Ayu Pandansari  mencari kekasihnya yang bernama Pangeran Santri dan tiba disuatu tempat yang dianggap aman sebagai tempat peristirahatan/pesanggrahan. Pada suatu hari Raden Ayu Pandansari berjalan menyusuri tempat-tempat untuk menemukan kekasihnya yang telah lama dicarinya, tibalah Raden Ayu Pandansari disuatu danau kecil/kedung yang airnya jernih dan dikelilingi pepohonan yang rindang, tempat itu sering didatangi oleh saudagar-saudagar dari cina, disanapun Raden Ayu Pandansari tidak menemukan kekasihnya yang telah lama dicarinya itu, dengan kondisi badan yang lapar, haus serta tak menentu Raden Ayu Pandansari menceburkan diri ke danau/kedung sambil bermain air, tiba-tiba cincin yang melekat dijarinya terlepas hingga jatuh kedasar danau tersebut sehingga menambah kegelisahan hati Raden Ayu Pandansari. Hari berganti hari  Raden Ayu Pandansari selalu datang ketempat danau/kedung dengan harapan bisa menemukan kekasihnya serta cincinya yang jatuh kedalam danau/kedung. Saat itu beberapa saudagar dari Cina, melihat kecantikan Raden Ayu Pandansari, saudagar-saudagar Cina tersebut tertarik dan menggoda Raden Ayu Pandansari, merasa dirinya terusik oleh saudagar-saudagar Cina tersebut Raden Ayu Pandansari akhirnya membuat sayembara bagi siapa saja yang bisa menemukan cincinku yang terjatuh ke dalam danau (kedung) tersebut jika itu wanita, ia akan dijadikan saudara jika itu lelaki, ia akan dijadikan suaminya. Melihat sayembara yang dibuat oleh Raden Ayu Pandansari saudagar-saudagar Cina berebut mengikuti sayembara, satu persatu begantian mencoba mencebur kedanau/kedung denngan harapan bisa menemukan cincin Raden Ayu Pandansari yang jatuh tenggelam di danau (kedung), pada gilirannya salah satu saudagar Cina tersebut langsung menceburkan diri ke dalam danau dengan harapan yang sangat besar bisa menemukan cincin Raden Ayu Pandansari, namun naas setelah ditunggu beberapa waktu saudagar Cina yang menceburkan diri ke dalam danau (kedung)  tak muncul di permukaan, dan jasadnya hilang didalam danau/kedung, dan setelah kejadian itu tak ada orang lain lagi yang berani untuk menceburkan diri ke dalam danau tersebut untuk  memenuhi sayembara yang dibuat oleh Raden Ayu Pandansari. Setelah tempat/lokasi tersebut dihuni banyak orang dinamakan  Kedung Cino.      Kedung artinya danau yang sangat dalam, sedangkan kata Cino didapat karena ada orang Cina yang tenggelam di danau tersebut. Dengan kesaktian Raden Ayu Pandan Sari, tempat peristirahatan/pesanggrahan bisa memunculkan sinar/cahaya terutama pada malam hari dan kelihatan dari jarak yang cukup jauh sehingga oleh penduduk/masyarakat tempat peristirahatan/pesanggrahan Raden Ayu Pandansari dinamai “Tejo” dan sampai saat ini tempat ini diyakini tempat yang sakral.